IRISAN
KERUVUT SEBAGAI KURVA BERDERAJAT DUA
Rumus jarak,
jarak titik dengan titik dan jarak titik dengan garis, dapat digunakan untuk
menentukan persamaan dari kurva-kurva irisan kerucut. Tetapi sebelum menentukan
persamaan-persamaan tersebut, kita akan membahas beberapa keluarga kurva yang
dihasikan oleh irisan kerucut. Topi ulang tahun merupakan salah satu contoh
kerucut yang dapat dijumpai di sekitar kita. Titik pada kerucut disebut titik
puncak dan lembaran kertas yang membentuk sisi kerucut disebut selimut
kerucut. Sesuai dengan namanya kurva-kurva dalam keluarga irisan kerucut, dapat
dihasilkan dengan mengiris suatu kerucut, atau lebih tepatnya, kurva-kurva
tersebut merupakan hasil perpotongan suatu bidang dengan kerucut. Apabila
bidang tersebut tidak melalui titik puncak, irisannya akan menghasilkan
lingkaran, elips, parabola, dan hiperbola. Perhatikan gambar berikut.
Namun
para ahli matematika telah menyepakati bahwa secara umum bentuk irisan kerucut
adalah parabola, elips, dan hiperbola. Sedangkan lingkaran merupakan kasus
khusus dari elips. Masing-masing kurva tersebut memiliki persamaan kurva
berderajat dua yang unik.
Hasil irisan kerucut tersebut memperlihatkan
bahwa kedudukan titik-titik akan bergerak dengan rasio jarak tertentu dari
sebuah titik tetap dan garis tetap sehingga terbentuk irisan kerucut. Tiap
irisan kerucut memiliki komponen-komponen yang menjadi karakteristik dari tiap
bentuk kurva yaitu esentrisitas (eccentricity),
garis direktriks (directrix), dan
titik fokus. Misalkan sebuah
titik P bergerak terhadap sebuah garis tetap l, dan sebuah titik tetap
F. Jarak P ke F dinyatakan oleh d dan jarak P ke l dinyatakan oleh d¢.
Perbandingan jarak d dan d¢ disebut esentristitas yaitu e = d : d¢. Garis
l
disebut garis direktriks dan titik F
disebut titik fokus. Nilai
esentrisitas akan menentukan jenis irisan kerucut dengan nilai e meliputi e
< 1, e = 1, dan e > 1.
Karakteristik tiap kurva :
1.
Esentrisitas
(accentricity)
3.
Titik
fokus
Sebuah kurva bidang (plane curve) merupakan himpunan titik-titik yang akan dapat
dinyatakan dalam persamaan kurva. Sebuah persamaan kurva berderajat dua
dinyatakan oleh persamaan berikut :
Ax2
+ By2 + Cxy + Dx + Ey + F = 0
Nilai
koefisiean A dab B keduanya tidak nol. Bentuk persamaan kurva berderajat dua juga dapat dinyatakan sebagai
berikut :
ax2 + by2 + 2hxy + 2gx + 2fy + c = 0
dengan nilai koefisien a, b, dan h ketiganya tidak bersamaan bernilai nol.
Jika kurva berderajat dua melalui titik (0, 0) maka diperoleh persamaan
kurva yaitu :
Ax2 + By2 + Dx + Ey + F = 0
dengan nilai koefisien A dan B keduanya tidak bersamaan bernilai nol
atau
ax2 + by2 + 2gx + 2fy + c = 0
dengan nilai koefisien a dan b keduanya tidak bersamaan bernilai nol.
1.
LINGKARAN
CP = = r
(x- a)2 + (y – b)2 = r2
(x- a)2 + (y – b)2 = r2
x2 + y2 -2ax -2by + a2 + b2
+ r2 = 0
x2 + y2 -2ax
-2by + C = 0
B. Sifat Lingkaran :
1.
Punya satu titik pusat dan jarak
tertentu secara aljabar.
2.
(x- a)2 + (y – b)2
= r2 dengan x,y titik pusat dan r adalah jari-jari.
3.
Jadi,
Ax2 + By2 + Cxy + Dx + Ey + F = 0 adalah
persamaan lingkaran jika : A = 1, B = 1, C = 0, D = -2a, E = -2b , F = C = a2
+ b2 – r2.
C. Garis Singgung Lingkaran:
OP = jari-jari
g = garis
singgung di P
Sifat : tegak
lurus terhadap jari-jari
Jika diketahui
garis y = mx +n dan lingkaran x2 + y2 = r2,
maka persamaan garis singgung yang sejajar y = mx + n yaitu y = mx + k dimana
k=
sehingga diperoleh 2 garis singgung.

y
= m
dan y
= m


D. Sifat-sifat garis kutub :
1.
Menghubungkan 2 titik singgung dari
garis-garis singgung yang berpotongan di (x0, y0).
2.
Tegak Lurus terhadap garis yang
menghubungkan (x0, y0) dari titik pusat lingkaran.
2.
ELIPS
Sebelum
membahas mengenai persamaan elips, mari kita ingat-ingat kembali persamaan dari
suatu lingkaran. Lingkaran yang memiliki titik pusat di titik (a, b)
dan berjari-jari r memiliki persamaan (x – a)2
+ (y – b)2 = r2. Dengan membagi
kedua ruas persamaan tersebut dengan r2, kita akan memperoleh
:

Pada persamaan yang terakhir, nilai r pada masing-masing penyebut secara berturut-turut merupakan jarak vertikal dan horizontal dari titik pusat ke grafik. Lalumungkin kita akan bertanya, bagaimana jika nilai dari penyebut-penyebut tersebut berbeda? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perhatikan persamaan berikut.

Pusat dari grafik persamaan di atas tetaplah (3, –2), karena a = 3 dan b = –2. Dengan mensubtitusi y = –2, kita dapat menentukan titik-titik yang memenuhi persamaan tersebut.

Hasil di atas, menunjukkan bahwa jarak horizontal titik pusat terhadap grafik adalah 4 satuan, yaitu jarak titik pusat (3, –2) terhadap titik-titik (–1, –2) dan (7, –2). Dengan cara yang serupa, untuk x = 3 kita akan mendapatkan (y + 2)2 = 9, sehingga diperoleh y = –5 dan y = 1. Hal ini menunjukkan bahwa jarak vertikal titik pusat terhadap grafik adalah 3, yaitu jarak titik (3, –2) terhadap titik-titik (3, –5) dan (3, 1). Sehingga, dengan mengganti penyebut-penyebut yang tidak sama pada suatu persamaan lingkaran, kita akan mendapatkan suatu grafik memanjang dari lingkaran. Grafik berikut merupakan grafik suatu Elips

Untuk suatu elips, jarak terjauh antara dua titik pada elips disebut sumbu mayor, dengan titik-titik ujung sumbu mayor disebut titik-titik puncak elips. Ruas garis yang tegak lurus dan membagi sumbu mayor menjadi 2 bagian yang sama disebut sumbu minor.

Pada persamaan yang terakhir, nilai r pada masing-masing penyebut secara berturut-turut merupakan jarak vertikal dan horizontal dari titik pusat ke grafik. Lalumungkin kita akan bertanya, bagaimana jika nilai dari penyebut-penyebut tersebut berbeda? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perhatikan persamaan berikut.

Pusat dari grafik persamaan di atas tetaplah (3, –2), karena a = 3 dan b = –2. Dengan mensubtitusi y = –2, kita dapat menentukan titik-titik yang memenuhi persamaan tersebut.

Hasil di atas, menunjukkan bahwa jarak horizontal titik pusat terhadap grafik adalah 4 satuan, yaitu jarak titik pusat (3, –2) terhadap titik-titik (–1, –2) dan (7, –2). Dengan cara yang serupa, untuk x = 3 kita akan mendapatkan (y + 2)2 = 9, sehingga diperoleh y = –5 dan y = 1. Hal ini menunjukkan bahwa jarak vertikal titik pusat terhadap grafik adalah 3, yaitu jarak titik (3, –2) terhadap titik-titik (3, –5) dan (3, 1). Sehingga, dengan mengganti penyebut-penyebut yang tidak sama pada suatu persamaan lingkaran, kita akan mendapatkan suatu grafik memanjang dari lingkaran. Grafik berikut merupakan grafik suatu Elips


Untuk suatu elips, jarak terjauh antara dua titik pada elips disebut sumbu mayor, dengan titik-titik ujung sumbu mayor disebut titik-titik puncak elips. Ruas garis yang tegak lurus dan membagi sumbu mayor menjadi 2 bagian yang sama disebut sumbu minor.
·
Jika p > q, sumbu mayornya horizontal
(sejajar dengan sumbu-x) dengan panjang 2p, dan sumbu minornya
vertikal dengan panjang 2q.
·
Jika p < q, sumbu mayornya vertikal
(sejajar dengan sumbu-y) dengan panjang 2q, dan sumbu minornya
horizontal dengan panjang 2p.
Dari
pengamatan kita di atas, kita dapat menarik kesimpulan mengenai persamaan elips
sebagai berikut.
A. Bentuk Standar dari Persamaan Elips.
Jika p ≠ q persamaan tersebut merepresentasikan grafik dari suatu elips dengan titik pusat (a, b). Nilai |p| merupakan jarak horizontal titik pusat dengan grafik, sedangkan |q| merupakan jarak vertikal titik pusat dengan grafik.
3.
HIPERBOLA
Seperti
kita ketahui, hiperbola merupakan salah satu keluarga irisan kerucut
yang dibentuk akibat irisan bidang yang tegak lurus dengan selimut kerucut.
Suatu hiperbola memiliki 2 bagian simetris yang disebut cabang, yang
terbuka ke arah yang saling berlawanan. Walaupun cabang-cabang tersebut
terlihat menyerupai parabola, nantinya kita akan menginvestigasi bahwa
cabang-cabang tersebut dan parabola merupakan kurva yang sangat berbeda.
Perhatikan
bahwa persamaan Ax2 + By2 = F
merupakan persamaan suatu lingkaran
apabila A = B dan juga merupakan persamaan suatu elips
jika A ≠ B. Dua kasus tersebut memuat penjumlahan
suku-suku berderajat dua. Selanjutnya mungkin kita akan bertanya-tanya,
bagaimana jika persamaannya berupa pengurangan suku-suku berderajat dua.
Perhatikan persamaan 9x2 – 16y2 = 144. Dari
persamaan tersebut kita dapat mengetahui bahwa titik pusatnya adalah titik asal
(0, 0) karena tidak ada pergeseran pada variabel x dan y (a
dan b keduanya adalah 0). Dengan menggunakan metode perpotongan kurva,
kita dapat menggambar grafik tersebut dan menghasilkan suatu grafik hiperbola.
Contoh 1: Menggambar Grafik Hiperbola Pusat
Gambarlah grafik persamaan 9x2 – 16y2 = 144 dengan menggunakan perpotongan kurva dan beberapa titik tambahan jika diperlukan.
Pembahasan:
Karena nilai y2 tidak pernah negatif, kita dapat menyimpulkan bahwa kurva tersebut tidak memiliki titik potong terhadap sumbu-y. Selanjutnya, kita substitusi y = 0 untuk menentukan titik potongnya terhadap sumbu-x.
Dengan mengetahui bahwa grafik tersebut tidak memiliki titik potong terhadap sumbu-y, kita pilih nilai x yang lebih dari 4 dan kurang dari –4 untuk membantu sketsa grafik tersebut. Dengan menggunakan x = 5 dan x = –5 menghasilkan,
Dengan memplot titik-titik yang telah kita temukan di atas kemudian menghubungkannya
dengan kurva halus, dan karena kurva tersebut tidak berpotongan dengan
sumbu-y, maka grafik dari persamaan yang diberikan dapat digambarkan
sebagai berikut.
Karena hiperbola di atas memotong sumbu simetri horizontalnya, maka hiperbola di atas disebut sebagai hiperbola horizontal. Titik-titik (4, 0) dan (–4, 0) disebut sebagai titik-titik puncak, dan titik pusat dari hiperbola selalu berada di tengah-tengah titik puncak parabola tersebut. Jika titik pusat hiperbola berada pada titik (0, 0), maka hiperbola tersebut disebut sebagai hiperbola pusat. Sebagai catatan, titik pusat hiperbola bukan merupakan bagian dari kurva, sehingga titik pusat hiperbola di atas, titik yang berwarna biru, digambarkan sebagai titik yang terbuka. Garis yang melewati titik pusat dan titik-titik puncak hiperbola disebut sebagai sumbu transversal, sedangkan garis yang melalui titik pusat dan tegak lurus dengan sumbu transversal ini disebut sebagai sumbu konjugasi.
Pada
contoh 1, koefisien dari x2 merupakan bilangan yang positif
kemudian dikurangkan dengan 16y2: 9x2 – 16y2
= 144. Hasil yang diperoleh merupakan hiperbola horizontal. Jika suku-y2
positif kemudian dikurangkan dengan suku yang memuat x2,
hasilnya merupakan suatu hiperbola vertikal. Lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut.
Persamaan garis siggung pada
hiperbola.
a.
Persamaan garis singgung hiperbola yang melalui suatu titik
pada hiperbola
Sedangkan persamaan hiperbola yang
berpusat di P (p,q) adalah :
Maka persamaan garis singgung yang
melalui titik (x1 , y1) adalah :
b. Persamaan
garis singgung pada Hiperbola dengan gradient tertentu
y – q = m (x – p)…..
persamaan 3
4.
PARABOLA
Seperti pada
elips dan hiperbola, banyak sekali aplikasi parabola yang bertumpu pada
definisi analitisnya daripada bentuk aljabarnya. Aplikasi-aplikasi tersebut,
misalkan pembangunan teleskop radio dan perusahaan lampu senter, menggunakan
definisi analitis parabola dalam penentuan lokasi fokus dari parabola tersebut.
Berikut ini definisi analitis dari suatu parabola.
A. Definisi
Parabola
Diberikan suatu titik tertentu f dan garis tertentu D
dalam bidang, suatu parabola adalah himpunan semua titik (x, y) sedemikian
sehingga jarak antara f dan (x, y) sama dengan jarak antara D dan (x, y). Titik
f disebut sebagai fokus parabola dan garis D disebut sebagai direktriks.
Persamaan umum dari suatu parabola dapat diperoleh
dengan mengkombinasikan definisi di atas dan rumus jarak. Dengan tidak
mengurangi keumuman, kita dapat menganggap parabola yang ditunjukkan pada
gambar di atas memiliki titik puncak di (0, 0) dan memiliki titik fokus di (0, p).
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah, parabola yang dimaksud memiliki
direktriks dengan persamaan y = –p , sehingga semua titik pada D
dapat dituliskan sebagai (x, –p).
Persamaan terakhir di atas disebut persamaan bentuk fokus-direktriks
dari suatu parabola vertikal dengan titik puncak di (0, 0). Jika parabola di
atas diputar sehingga terbuka ke kanan, maka kita akan mendapatkan suatu
parabola horizontal dengan titik puncak di (0, 0), dan persamaannya adalah y²
= 4px.
B.
Persamaan Parabola dalam Bentuk Fokus-Direktriks
Suatu parabola vertikal memiliki persamaan dalam
bentuk fokus-direktriks: x² = 4py, yang memiliki fokus di (0, p) dan dengan
direktriks: y = –p. Jika p > 0, parabola tersebut akan terbuka ke atas. Jika
p < 0, parabola tersebut akan terbuka ke bawah.
Suatu parabola horizontal memiliki persamaan dalam
bentuk fokus-direktriks: y² = 4px, yang memiliki fokus di (p, 0) dan dengan
direktriks: x = –p. Jika p > 0, parabola tersebut akan terbuka ke kanan.
Jika p < 0, parabola tersebut akan terbuka ke kiri.
Untuk lebih memahami mengenai persamaan suatu parabola
dalam bentuk fokus-direktriks, perhatikan contoh berikut.
Contoh 1:
Menentukan Fokus dan Direktriks dari suatu Parabola
Tentukan
titik puncak, fokus, dan direktris dari parabola yang didefinisikan oleh
persamaan x² = –12y. Kemudian gambarkan grafiknya, disertai
dengan fokus dan direktrisnya.
Pembahasan:
Karena hanya
suku-x yang dikuadratkan dan tidak ada pergeseran yang diterapkan, maka
parabola tersebut merupakan parabola vertikal dengan titik puncak di (0, 0).
Dengan membandingkan persamaan yang diberikan dengan persamaan umum parabola
bentuk fokus-direktriks kita dapat menentukan nilai p:
Karena p = –3 (p < 0), maka parabola tersebut terbuka ke bawah, dengan titik fokus di (0, –3) dan direktriksnya y = 3. Untuk menggambar grafiknya, kita perlu beberapa titik tambahan yang dilalui oleh parabola tersebut. Karena 36 = 6² dapat dibagi oleh 12, maka kita dapat mensubstitusikan x = 6 dan x = –6, dan menghasilkan titik-titik (6, –3) dan (–6, –3). Sehingga grafik dari parabola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari grafik di atas, kita dapat mengetahui bahwa garis x = 0 merupakan sumbu simetri dari grafik parabola yang diberikan. Sebagai titik-titik alternatif dalam menggambar grafik parabola, kita dapat menggunakan apa yang disebut tali busur fokus dari parabola. Serupa dengan elips dan hiperbola, tali busur fokus adalah ruas garis yang melalui fokus, sejajar dengan direktriks, dan titik-titik ujungnya terletak pada grafik. Dengan menggunakan definisi dari parabola, jarak horizontal dari f ke (x, y) adalah 2p. Karena d1 = d2, maka ruas garis yang sejajar dengan direktriks dari fokus ke grafik memiliki panjang |2p|, dan panjang tali busur fokus dari sembarang parabola adalah |4p|. Dan akhirnya, jika titik puncak dari suatu parabola vertikal digeser ke (h, k), maka persamaan dari parabola tersebut akan menjadi (x ± h)2 = 4p(y ± k). Seperti pada keluarga irisan kerucut lainnya, pergeseran vertikal dan horizontalnya berlawanan dengan tandanya (positif atau negatif).
Contoh 2:
Menentukan Fokus dan Direktriks dari suatu Parabola
Tentukan
titik puncak, fokus, dan direktriks dari persamaan parabola yang diberikan,
kemudian gambarkan grafiknya, disertai dengan fokus dan direktriksnya: x²
– 6x + 12y – 15 = 0.
Pembahasan:
Karena hanya
suku-x yang dikuadratkan, maka grafik dari persamaan tersebut berbentuk
parabola vertikal. Untuk menentukan kecekungan, titik puncak, fokus, dan
direktriks, kita terlebih dulu melengkapkan kuadrat dalam x dan
membandingkannya dengan persamaan bentuk fokus-direktriks dengan pergeseran.
Dari persamaan yang dihasilkan, kita dapat melihat bahwa grafiknya merupakan suatu parabola yang digeser ke kanan sejauh 3 satuan dan ke atas sejauh 2 satuan. Oleh karena itu, semua unsur dari parabola tersebut juga akan bergeser. Karena kita mendapatkan 4p = –12, maka p = –3 (p < 0) dan parabola tersebut terbuka ke bawah. Jika parabola tersebut berada pada posisi biasa, maka titik puncaknya akan di (0, 0), fokusnya di (0, –3), dan direktriksnya y = 3. Karena parabola tersebut bergeser ke kanan sejauh 3 satuan dan ke atas sejauh 2 satuan, maka kita harus menambahkan nilai x dengan 3 dan nilai y dengan 2 dari semua unsur parabola tersebut. Sehingga titik puncaknya akan berada di (0 + 3, 0 + 2) = (3, 2), fokusnya pada (0 + 3, –3 + 2) = (3, –1), dan direktriksnya adalah y = 3 + 2 = 5. Dan akhirnya, jarak horizontal antara fokus dan grafik adalah |2p| = 6 satuan (karena |4p| = 12), sehingga memberikan titik-titik tambahan yang dilalui grafik, yaitu (–3, –1) dan (9, –1).
Dalam banyak
kasus, kita perlu untuk menentukan persamaan dari parabola ketika hanya
beberapa informasi yang diketahui, seperti yang dicontohkan oleh contoh 3
berikut.
Contoh 3:
Menentukan Persamaan dari suatu Parabola
Tentukan
persamaan dari parabola yang memiliki titik puncak (4, 4) dan fokus (4, 1). Kemudian
gambarkan grafiknya dengan menggunakan persamaan dan tali busur fokusnya.
Pembahasan:
Karena titik
puncak dan fokusnya terletak pada garis vertikal, maka parabola yang dimaksud
merupakan suatu parabola vertikal yang memiliki persamaan umum (x ± h)²
= 4p(y ± k). Jarak p dari fokus ke titik pusat
adalah 3 satuan, dan karena fokus berada di bawah titik puncak, maka grafiknya
terbuka ke bawah dan p = –3. Dengan menggunakan tali busur fokus, jarak
horizontal dari fokus ke grafik adalah |2p| = |2(–3)| = 6, memberikan
titik-titik (–2, 1) dan (10, 1). Titik puncaknya digeser 4 satuan ke kanan dan
4 satuan ke atas dari (0, 0), sehingga diperoleh h = 4 dan k = 4.
Sehingga persamaan dari parabola tersebut adalah (x – 4)² = –12(y
– 4), dengan direktriks y = 7. Grafik dari parabola tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Perhatikan bahwa grafik parabola di atas memiliki sumbu simetri di garis x = 4.
C. Persamaan garis
singgung pada parabola dengan titik singgung (x1, y1)
1. Persamaan garis singgung melalui titik (X1,Y1) di
puncak (0 , 0)
Yang terletak pada parabola y² = -4px dapat dinyatakan sebagai
berikut :
y – y1 = m ( x – x1 )
Dengan
tafsiran geometri turunan , besar m dapat dicari sebagai berikut
Dititik (x1,y1
) : M = - 2P/ Y1
Dengan
demikian garis singgung yang dimaksud adalah y1y = -2p ( X + X1)
y – y1 = - 2p/ y1
( X – X1)
y1 ( y -y1 ) =
-2px + 2px1
y1y – y12
= - 2px + 2px1 ( ingat y12 = - 4px)
y1y –(- 4px ) =
- 2px + 2px1
y1y + 4px = - 2px +
2px1
y1y = -2 px – 2 px 1
y1y = -2p ( x + x1)
Dengan
pendekatan yang sama, akan diperoleh persamaan garis singgung parabola seperti
pada tabel dibawah ini:
No
|
Persamaan parabola
|
Persamaan garis singgung
|
1
|
y2 = 4px
|
y1 y =2p (x + x1)
|
2
|
y2 = - 4px
|
y1 y = - 2p (x + x1)
|
3
|
x2 = 4py
|
x1 x = 2p (y + y1 )
|
4
|
x2 = - 4py
|
x1 x = - 2p (y + y1 )
|
2.
Persamaan garis singgung melalui titik (x1,
y1) yang terletak pada titik (a,b)
Yang terletak pada titik (y1 –
b)2 = 4p( x1 – a) adalah :
(y1 –
b)2 = 4p( x1 – a)
y12 – 2by1 +
b2 = (4p (x1 – a)
y12 = 2by1 –b2 +
4px(x1 – a) .........(i)
Persamaan garis singgung melalui P (x1,
y1) adalah (y – y1) = m (x – x1)............(ii)
Gradien m ditentukan dengan cara sebagai berikut:
(y – b )2
= 4p ( x – a )
(x – a ) =
( y – b )
(y – b)
Jadi m di titik P (x1, y1)
= ………(iii)
Subtitusi (iii) ke (ii)
y – y1 = m ( x – x1
)
y – y1 = ( x – x1
)
(y – y1 ) ( y1
– b ) = 2p ( x – x1 )
yy1 – by – y1
+ by1 = 2p ( x – x1 ) ………. ( iv)
Subsitusi persamaan (i) ke persamaan
( iv)
yy1- by – y12
+ by1 = 2px – 2px1
yy1- by – (2 by1 –
b2 + 4p ( x1 – a ) 0 + by1
= 2px – 2px1
yy1- by – by1
+ b2 = 4 px1 – 4pa + 2px – 2px1
(y – b) (y1 – b) = 2px1
– 4ap + 2px
(y – b) (y1 - b ) = 2p (x
+ 1 – 2a )
Dengan pendekatan yang sama akan diperoleh
persamaan garis singgung parabola seperti tabel dibawah ini:
No
|
Persamaan parabola
|
Persamaan garis singgung
|
1
|
(y
– b)2 = 4p( x – a)
|
(y – b) (y1 –
b) = 2p (x +x1 - 2a)
|
2
|
(y
– b)2 = - 4p( x – a)
|
(y – b) (y1 –
b) = - 2p (x +x1 - 2a)
|
3
|
(x
– a)2 = 4p(y – b)
|
(x – a)(x1 –
a) = 2p ( y + y1 -2b)
|
4
|
(x
– a)2 = - 4p(y – b)
|
(x – a)(x1 –
a) = - 2p ( y + y1 -2b)
|